3.4. Pompa dan Pipa
3.4.1.
Jenis Pompa
Jenis-jenis pompa adalah sebagai
berikut (Sularso & Tahara, 2000) :
- Pompa
Torak, merupakan jenis pompa dimana energi pemompaannya dihasilkan secara
periodik oleh suatu gaya berupa torak.
- Pompa
Sentrifugal, adalah jenis pompa yang mempunyai sebuah impeler (baling-baling) untuk memindahkan zat cair dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Jenis pompa ini terbagi lagi sebagai berikut :
-
Pompa
Volut, yaitu pompa dimana aliran yang keluar dari impeler ditampung di dalam volut
(rumah siput), yang selanjutnya akan mengalirkan nosel keluar.
-
Pompa
Difuser, yaitu pompa yang memiliki difuser
yang dipasang mengelilingi impeler, Fungsi difuser adalah untuk menurunkan kecepatan aliran yang keluar dari impeler, sehingga energi kinetik aliran
dapat diubah menjadi energi tekanan secara efisien.
- Pompa
Aliran Campur. Jenis pompa ini dibagi lagi sebagai berikut :
-
Pompa
Aliran Campur Jenis Volut, yakni pompa yang menggunakan rumah volut untuk menampung langsung aliran
yang keluar dari impeler.
-
Pompa
Aliran Campur Jenis Difuser, yakni pompa yang menggunakan rumah difuser untuk menampung langsung aliran
yang keluar dari impeler.
- Pompa
Aliran Aksial, merupakan pompa yang alirannya mempunyai arah aksial (sejajar poros), dan
biasanya digunakan untuk julang yang rendah.
3.4.2.
Rangkaian Pompa
Untuk meningkatkan efektivitas pompa
yang digunakan, dua atau lebih pompa dapat dirangkai baik secara seri maupun
paralel.
-
Rangkaian
Seri, rangkaian ini akan menambah julang sebesar jumlah julang masing-masing
dengan debit pemompaan tetap. Sangat cocok digunakan unutk mengatasi
keterbatasan julang yang dimiliki sistem.
-
Rangkaian
Paralel, rangkaian ini akan menambah jumlah debit pemompaan sebesar debit
pemompaan masing-masing dengan julang tetap. Sangat cocok digunakan untuk
mengatasi keterbatasan debit pemompaan sistem.
3.4.3.
Daya Pompa
Daya pemompaan yang dimiliki oleh
suatu pompa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
P = (γ Q Ht) / ηp
Dimana,
γ :
bobot isi (KN/m3)
Q :
kapasitas (m3/det)
Ht : head total sistem
(m)
ηp : efisiensi pompa (%)
3.4.4.
Pipa
Fluida yang mengalir dalam pipa akan
menimbulkan berbagai julang antara lain : julang kerugian gesek, julang
kecepatan, dan julan kerugian pada sambungan atau belokan. Julang total yang
dimiliki oleh pipa harus dapat mengatasi julang kerugian yang ada, sehingga air
dapat dialirkan.
3.4.4.1. Julang Total Pompa
Julang (head) total pompa adalah energi yang harus dapat disediakan untuk
dapat mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan. Julang total dapat
dirumuskan :
H = ha
+ Δhp + hl + (vd2/2g)
Dimana,
H : julang total pompa (m)
ha :
Julang statik total, merupakan perbedaan antara muka air di sisi keluar dan di
sisi isap (m)
Δhp :
perbedaan julang tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air
hl : berbagai kerugian di pipa, katup, belokan, sambungan, dan
lain-lain
vd2/2g : julang kecepatan
keluar (m)
g : percepatan gravitasi
3.4.4.2. Julang Kerugian (Head Losses)
Julang kerugian merupakan energi untuk
mengatasi kerugian-kerugian yang timbul akibat aliran fluida dan terdiri dari
julang kerugian gesek dalam pipa, julang kerugian pada belokan, pada katup, dan
perubahan diameter pipa.
Julang kerugian gesek dapat dihitung dengan
menggunakan rumus empirik khusus untuk aliran turbulen. Untuk mengetahui apakah suatu aliran merupakan
aliran laminer atau turbulen, dapat digunakan bilangan Reynolds :
dengan :
Re : bilangan Reynolds (tak
berdimensi)
v : kecepatan rata-rata
aliran dalam pipa (m/s)
D : diameter dalam pipa (m)
ν : viskositas kinematik zat
cair (m2/s)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300 – 4000 terdapat daerah transisi dimana aliran dapat bersifat
laminer ataupun turbulen tergantung pada kondisi pipa dan aliran.
Julang kerugian gesek dapat dihitung dengan rumus
empirik sebagai berikut :
- Rumus
Darcy
Koefisien gesek untuk pipa baru dapat dihitung
dengan :
λ = 0.020 +
(0.0005/D)
dengan D adalah diameter pipa.
Selanjutnya julang kerugian gesek dapat dihitung dengan rumus :
hf
= λ (L/D) (v2/2g)
dimana,
hf : julang kerugian gesek (m)
L : panjang pipa (m)
v : kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
- Rumus
Hazen-Williams
Rumus ini biasanya digunakan
untuk menghitung julang kerugian pada pipa yang sangat panjang.
V = 0.849 C R0.63
S0.54
atau,
hf = L
{(10.666Q1.85) / (C1.85D4.85)}
dimana :
hf : julang kerugian gesek (m)
Q : laju aliran (m3/s)
C : koefisien
R : jari-jari hidrolik (m)
S : gradien hidrolik (hf / l)
Beberapa harga C dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 8. Harga C
Pada Berbagai Kondisi Pipa
Jenis dan kondisi pipa |
C |
Pipa besi cor baru |
130 |
Pipa besi cor tua |
100 |
Pipa baja baru |
120-130 |
Pipa baja tua |
80-100 |
Pipa dengan lapisan semen |
130-140 |
Pipa dengan lapisan ter arang batu |
140 |
Julang kerugian di dalam jalur pipa timbul
akibat terjadinya perubahan pipa, bentuk penampang pipa, ataupun arah aliran.
Secara umum, julang kerugian tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
hf = f
(v2 / 2g)
dengan,
hf : julang kerugian gesek (m)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
v : kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
Pemompaan tidak selamanya
dilakukan pada kondisi air bersih. Untuk pemompaan pada air berlumpur,
digunakan faktor koreksi yang dapat dihitung dengan rumus :
Er = 1 – {(k x
Cv)/20}
Dengan,
Er : Faktor koreksi
k : derating factor (lihat lampiran D)
Cv : Persen padatan yang dikandung air (%)
Julang total pemompaan pada
kondisi berlumpur dihitung dengan rumus :
H2 = (H1
/ Er)
Dimana,
H2 :
Julang pemompaan pada kondisi air berlumpur
H1 :
Julang pemompaan pada air bersih
Er : Faktor
koreksi
Adanya faktor koreksi akan
mengakibatkan turunnya kapasitas pompa bila dibandingkan dengan pemompaan pada
air bersih.
Disamping julang yang timbul
dalam pipa, hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam instalasi pipa antara
lain sebagai berikut :
-
Lokasi
pipa, diusahakan tidak berubah-ubah
-
Kondisi
pipa, harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Kandungan asam dan lumpur
dalam fluida yang dialirkan harus diperhatikan.
-
Panjang
pipa, panjang pipa harus optimal dengan julang sekecil mungkin.
-
Diameter
pipa, harus dapat memberikan julang yang sekecil-kecilnya.
Jenis-jenis pipa yang biasa dipakai antara lain : Commercial Steel, Lined Cast Iron, PVC,
Hardditube Polyetelene Pipe.
3.5.
Sumuran
Sumuran merupakan tempat
penampungan air sementara sebelum dipompakan keluar pit. Volume sumuran sangat
bergantung pada intensitas hujan dan debit pemompaan yang dilakukan.
Volume Sumuran dapat
dihitung dengan menggabungkan grafik intensitas curah hujan rencana terhadap
waktu, dengan grafik debit pemompaan terhadap waktu. Selisih terbesar antara
kedua grafik tersebut adalah besarnya volume sumuran yang diperlukan.
Show Conversion Code Hide Conversion Code Show Emoticon Hide Emoticon