LANDASAN TEORI
3.1. Hidrologi
Air yang berada di bumi, langsung ataupun
tidak langsung berasal dari air hujan. Ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk
terjadinya proses pembentukan hujan :
-
tersedianya
udara lembab
-
tersedianya
sarana, keadaan yang dapat mengangkat udara tersebut ke atas sehingga terjadi
kondensasi
Udara lembab biasanya terjadi karena adanya
gerakan udara mendatar, terutama sekali yang berasal dari atas lautan.
3.1.1. Klasifikasi Hujan
Berdasarkan pergerakan udara lembab penyebab
hujan, maka hujan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
-
Hujan
Konvektif. Hujan jenis ini diakibatkan oleh naiknya udara panas ke daerah udara
dingin. Udara panas tersebut mengalami pendinginan, terjadi kondensasi. Hujan
tipe ini umumnya berjangka waktu pendek, daerah hujannya terbatas, dan
intensitas hujannya bervariasi dari hujan sangat ringan sampai hujan sangat
deras. Tipe hujan semacam ini sering dijumpai di daerah khatulistiwa.
-
Hujan
Orografis. Hujan jenis ini terjadi di daerah pegunungan dan disebabkan oleh
naiknya massa udara lembab karena punggung pegunungan. Ciri-ciri hujan ini
adalah curah hujan yang relatif kecil tetapi dalam waktu yang lama. Hujan ini
nyaris terjadi sepanjang hari. Tipe hujan ini dapat ditemui di daerah Bogor dan
wilayah kerja PT Freeport Indonesia di daerah Grasberg
-
Hujan
Siklon. Tipe hujan ini berkaitan dengan front
udara. Terjadi karena
pertemuan front udara panas dan front udara dingin. Ciri-ciri hujan
jenis ini adalah : curah hujannya tinggi, terjadi dalam waktu yang relatif
singkat, biasanya disertai dengan badai atau angin siklon.
Hujan juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan derajat dan intensitasnya, seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Derajat dan Intensitas
Hujan
Derajat Hujan |
Intensitas Curah Hujan |
Kondisi |
Hujan Sangat Lemah |
0.02 |
Tanah agak basah atau dibasahi
sedikit |
Hujan Lemah |
0.02-0.05 |
Tanah menjadi basah semuanya |
Hujan Normal |
0.05-0.25 |
Bunyi curah hujan terdengar |
Hujan Deras |
0.25-1.00 |
Air tergenang di seluruh permukaan
tanah dan terdengar bunyi dari genangan |
Hujan Sangat Deras |
1.00 |
Hujan
seperti ditumpahkan, seluruh drainase meluap |
Tabel 5. Keadaan dan Intensitas Curah
Hujan
Keadaan Curah Hujan |
Curah Hujan (mm) |
|
1 jam |
24 jam |
|
Hujan Sangat Ringan |
<1 |
<5 |
Hujan Ringan |
1-5 |
5-20 |
Hujan Normal |
5-10 |
20-50 |
Hujan Lebat |
10-20 |
50-100 |
Hujan Sangat Lebat |
>20 |
>100 |
3.1.2. Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana merupakan curah hujan
jangka pendek yang menunjukkan tingkat derasnya hujan. Hasil penghitungan
intensitas hujan rencana digunakan dalam perhitungan debit limpasan yang
memasuki suatu daerah, dan penentuan dimensi suatu saluran terbuka.
Perhitungan intensitas hujan dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe :
Dalam hal ini :
I :
Intensitas hujan untuk waktu t (mm/jam)
XT :
Curah Hujan 24 jam atau harian (mm)
m :
Faktor konversi, untuk Indonesia digunakan 2/3
Harga Intensitas yang digunakan adalah dalam waktu
satu jam
3.1.3. Periode Ulang
Periode Ulang merupakan waktu hipotetik
dimana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan dilampaui sekali
dalam jangka waktu tersebut.
3.1.4. Metode Perhitungan Curah Hujan Rencana
Curah Hujan Rencana dapat dihitung dengan metode
distribusi Gumbel sesuai persamaan berikut :
dalam hal ini :
XT
: nilai curah hujan rencana yang
diramalkan
X : nilai curah hujan rata-rata dari
data/sampel
YT : nilai
reduced variate dari variabel yang
diramalkan
Ym : nilai
reduced mean dari jumlah data/sample
S : simpangan
baku dari populasi atau data/sample
Sn : simpangan
baku dari reduced mean
T : perioda ulang (tahun)
Nilai reduced
variate dari variabel yang diramalkan dapat ditentukan berdasarkan rumus :
dimana Tr adalah
Periode Ulang
Nilai reduced mean dari jumlah
data/sample ditentukan berdasarkan
rumus :
dimana :
n : jumlah data
m
: 1,2,3,…,n = urutan
3.2. Hidrogeologi
Air tanah merupakan air yang
bergerak dalam tanah , terdapat dalam ruang-ruang antar butir tanah atau di
dalam rekahan batuan. Air tanah dapat mempengaruhi kegiatan tambang dalam
bentuk tergenangnya air di pemuka kerja atau terganggunya kestabilan lereng
tambang.
Hingga saat penelitian ini
dilakukan, belum ada penelitian yang dilakukan terhadap akifer di site Lati. Dengan demikian, keberadaan
akifer sendiri belum dapat diketahui dengan pasti. Akan tetapi, dari data
stratigrafi daerah Lati, keberadaan akifer ini dapat diperkirakan. Akifer
diperkirakan berada pada interburden
antara seam T dan seam R, interburden antara seam R
dan seam Q, serta di bawah seam R.
Berdasarkan pengamatan lapangan
terhadap kondisi hidrogeologi saat penelitian dilakukan, diperoleh hal-hal
sebagai berikut :
- tidak adanya rembesan baik di
tanah maupun pit
- tidak ditemukan adanya akifer
terpotong
- tidak ada rembesan dari sungai
Lati yang berjarak lebih kurang 1.5 km dari lokasi pit yang sedang dibuka.
3.3. Saluran
Jenis aliran yang dipakai pada
penentuan saluran mengikuti asumsi bahwa aliran tersebut seragam, debit dan
kecepatannya sama sepanjang saluran tersebut.
Salah satu parameter penting yang
diperlukan dalam perancangan saluran adalah debit yang memasuki suatu daerah.
Debit ini dapat ditentukan dengan rumus rasional :
Q = 0.278 CIA
Dalam hal ini :
Q : debit (m3 /detik)
C : Koefisien Limpasan
I : Intensitas
Hujan (mm/jam)
A : Luas Daerah (km2)
Beberapa harga koefisien limpasan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Koefisien Limpasan
Kemiringan
(%) |
Tutupan |
Koefisien
Limpasan |
<3 |
Sawah, rawa |
0.2 |
Hutan,
perkebunan |
0.3 |
|
Perumahan
dengan kebun |
0.4 |
|
3-15 |
Hutan,
perkebunan |
0.4 |
Perumahan |
0.5 |
|
Tumbuhan
yang jarang |
0.6 |
|
Tanpa
tumbuhan, daerah penimbunan |
0.7 |
|
>15 |
Hutan |
0.6 |
Perumahan,
kebun |
0.7 |
|
Tumbuhan
yang jarang |
0.8 |
|
Tanpa tumbuhan,
daerah tambang |
0.9 |
Dimensi saluran dihitung dengan
Rumus Manning :
Q = (1/n) R2/3 S1/2 A’
Q = {(A’)5/3 S1/2} / nP2/3
Dimana,
Q : debit (m3/s)
R : jari-jari hidrolik (A/P)
S : kemiringan rata-rata
A’ : luas penampang saluran
n : koefisien kekasaran Manning
Beberapa harga koefisien kekasaran Manning adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Koefisien Kekasaran Manning
Tipe dinding saluran |
n |
Semen |
0.010-0.014 |
Beton |
0.011-0.016 |
Bata |
0.012-0.020 |
Besi |
0.013-0.017 |
Tanah |
0.020-0.030 |
Gravel |
0.022-0.035 |
Tanah yang ditanami |
0.025-0.040 |
Harga debit rencana yang diperoleh
dimasukkan ke dalam rumus Manning. Kemiringan rata-rata saluran ditentukan,
lalu dimasukkan juga ke dalam rumus Manning. Setelah itu dapat ditentukan tipe
saluran yang akan digunakan. Tipe saluran berdasarkan bentuknya adalah sebagai
berikut :
Gambar 4. Bentuk Saluran
Show Conversion Code Hide Conversion Code Show Emoticon Hide Emoticon