Distribusi struktur dengan kestabilan lereng (Full)

.
A.    Jenis Longsosran

.
Longsoran bisa terjadi karena proses alami maupun karena akibat kegiatan manusia. Jika ditinjau dari mekanisme dan bentuk bidang longsorannya, terdapat beberapa jenis longsoran yang dapat terjadi, tergantung dari kondisi dan jenis material pembentuk lereng yang bersangkutan.

1.      Longsoran busur (circular failure)
Longsoran busur mempunyai bentuk dasar longsoran yang berupa busur dan umumnya terjadi pada lereng yang material pembentuknya adalah tanah, batuan yang sangat terkekarkan (heavily jointed rock mass), atau batuan terkekarkan yang lapuk. Pada lereng tambang longsoran jenis ini sering terjadi pada lereng bagian atas dimana batuannya sudah berubah menjadi tanah.







Gambar 11: Beberapa jenis longsoran tanah


2.      Longsoran bidang (plane failure)
Longsoran bidang dapat terjadi pada lereng dimana pembentuknya adalah massa batuan yang orientasi bidang lemahnya sejajar dengan arah kemiringan lereng. Jadi longsoran tersebut mengikuti arah bidang lemah yang ada (Gambar 11 dan 12)..


Gambar 11: Permukaan longsoran bidang




Gambar 12: Kasus longsoran bidang/ baji


3.      Longsoran baji (wedge failure)
Longsoran baji adalah longsoran bidang dengan 2 atau lebih bidang lemah. Bongkah atau baji yang meluncur bisa bertumpu pada kedua bidang lemahnya atau hanya pada salah satu bidang saja, tergantung dari posisi/ kedudukan bidang-bidang lemah tersebut.



Gambar 13: Permukaan longsoran baji





Gambar 14: Analisis longsoran baji


4.      Gulingan (toppling)
Sedangkan gulingan terjadi karena orientasi bidang lemah yang ada memberikan arah kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng, tetapi bidang lemah tersebut mempunyai sudut kemiringan yang tinggi (hampir tegak).



(a)

(b)

Gambar 13: Sketsa gulingan (toppling)

B.      Analisis Kemantapan Lereng dan Proyeksi Stereografis

1.      Bidang lemah
Struktur geologi (besar maupun kecil) akan merupakan bidang lemah, karena keberadaannya mengubah kontinuitas batuan jadi jelas mengganggu kekuatan batuan dan penyebarannya.

a.       Distribusi bidang lemah
Di alam (lapangan) sebenarnya orientasi bidang-bidang lemah batuan (struktur geologi) sangat bervariasi, tetapi pada dasarnya mempunyai pola-pola tertentu yang menunjukkan/ memperlihatkan bahwa pola tersebut mengikuti suatu sistem bidang lemah tertentu (bidang perlapisan, atau sistem kekar/ joint set tertentu)

b.      Kehadiran beberapa bidang lemah (hasil analisis stereografis)
Dengan proyeksi stereografis, yang pada hakekatnya adalah suatu metoda statistik, penyebaran orientasi bidang lemah tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa sistem yang masing-masing relatif sama/ berkelompok (mode). Dalam suatu populasi bidang lemah bisa terdapat satu, dua, atau lebih kelompok populasi, atau bahkan ada yang tidak dapat dikelompok-kan (random dan tersebar secara merata).

c.       Arah kemiringan bidang lemah
Dari proyeksi stereografis diatas dapat dilihat bahwa di suatu daerah penyebaran bidang lemah tertentu bisa terdapat beberapa arah kemiringan bidang lemah yang masing-masing mewakili (mempresentasikan) kelom-poknya (misalnya: bidang sesar, beberapa bidang perlapisan, dan beberapa kelompok kekar/ joint set).

Dengan menyederhanakan seluruh sistem bidang lemah menjadi hanya beberapa bidang lemah saja, maka analisis terhadap kemantapan lereng dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

d.      Populasi, orientasi, dan kerapatan struktur (kekar)
Dalam keadaan tertentu, terutama pada daerah dengan sejarah tektonik yang kuat, bidang-bidang lemah (terutama kekar) bisa terbentuk secara intensif, rapat, dan dengan orientasi (strike/ dip) yang sangat bervariasi sehingga tidak ada yang dominan. Keadaan tersebut akan membuat hasil proyeksi stereografis tidak memberikan suatu pola/ pengelompokan tertentu, tetapi menggambarkan penyebaran kutub bidang lemah yang merata pada seluruh bidang proyeksi (random).



     Gambar 14: Sebaran bidang kekar yang rapat dan merata

Pola seperti diatas menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan terjadinya longsoran melalui bidang lemah tertentu, dan longsoran yang mungkin terjadi adalah longsoran busur (seperti pada tanah). Hoek dan Bray (1981) menyatakan bahwa massa batuan yang terkekarkan sangat kuat dan mulai lapuk akan menghasilkan longsoran yang berbentuk busur.

C.    Proyeksi Stereografis dan Pengolahan Data Struktur

Untuk memudahkan analisis struktur atau bidang lemah pada massa batuan (yang jumlahnya banyak dan mempunyai orientasi yang beragam) dipakai metoda grafis dengan bantuan proyeksi stereogafis. Caranya adalah dengan mengambarkan kutub-kutub (poles) dari setiap bidang lemah tersebut pada suatu bola yang kemudian diproyeksikan pada sebuah bidang datar.



Gambar 15: Proyeksi equatorial dan polar dari suatu bola






Gambar 16: Penggambaran stereonet


2.      Equatorial equal-area stereonet (Schmidt net)



Gambar 17: Stereonet ekuatorial luas-sama (Schmidtnet)



3.      Polar equal area stereonet


Gambar 18: Stereonet polar luas-sama



4.      Dennes curvilinear cell counting net



Gambar 19: Jaring penghitungan sel kurvilinier (Dennes tipe B)




5.      Penggambaran bidang lemah







Penghitungan kutub (pole)




Gambar 20: Hasil penghitungan titik-titik kutub bidang lemah



6.      Penentuan bidang-bidang utama (pembuatan kontur)



Gambar 21: Hasil penggambaran kontur sebaran bidang lemah



D.    Pemanfaatan Data Struktur Dalam Kemantapan Lereng

1.      Pendugaan jenis longsoran



Gambar 22: Sebaran bidang lemah dan jenis longsoran yang mungkin terjadi



2.      Pendugaan arah longsoran



Gambar 23: Pendugaan arah longsoran dar hasil analisis stereografis







Gambar 24: Evaluasi stereografis kemungkinan longsoran pada open pit






(a)

(b)

Gambar 25: Hasil analisis kinematik potensi longsor (a dan b)





Gambar 26: Tahapan analisis longsoran bidang

Gambar 27: Penentuan bidang potong pada baji


Gambar 28: Pendugaan longsoran bidang

Previous
Next Post »