Endapan bijih nikel yang terdapat di
Pomala Sulawesi Tenggara ditemukan pertama kali oleh E.C. Abendanon pada
tahun1909. Bone Tolo Maatschappij mengadakan eksplorasi ke daerah Pomalaa dan
berhasil menemukan endapan bijih nikel di sekitar Tanjung Pakar pada tahun 1934
dengan kadar rata-rata 3,00 % - 3,50 %.
Sejak tahun 1942 penambangan dilakukan oleh Oost Borneo
Maatschappij (OBM) kemudian dilanjutkan oleh Sumitomo Metal Mining Co (SMM) dan
berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan. Pada tahun 1957 – 1961 penambangan
bijih nikel di Pomalaa dimulai oleh salah satu perusahaan swasta nasional yaitu
NV. Perto.
Berlakunya Undang – Undang Pertambangan No. 37 tahun 1960
yang menyatakan bahwa bahan galian nikel adalah bahan galian strategis, maka
seluruh aktivitas penambangannya diambil alih oleh pemerintah. Dengan demikian
maka didirikanlah sebuah perusahaan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang berstatus Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan PP. No. 22 tahun 1968, PT. Pertambangan Nikel
Indonesia
bersama BPU Pertambun beserta PT/Pertambangan nikel dan proyek dijajarannya
disatukan menjadi Pertambangan Nikel. Aneka Tambang Pomalaa selaku unit
produksi dengan nama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada tanggal 30 Desember 1974
status pertambangan nikel berubah menjadi PT. Aneka Tambang (Persero).
Pelaksanaan pembangunan pabrik unit I dimulai 12 Desember
1973 dan diresmikan pada tanggal 23 Oktober 1976 oleh Wakil Presiden Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Pabrik unit II mulai dibangun 2 November 1992 dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 11 Maret 1996.
PT. Aneka Tambang Tbk UBPN Pomalaa
juga telah mendapat penghargaan ISO 9002 ( Penghargaan Pengawasan Mutu ) dan
penghargaan ISO 14001 ( Penghargaan Perhatian Terhadap Lingkungan Tambang ).
Lokasi dan Pt Aneka Tambang
PT. Aneka Tambang
Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa terletak di Pomalaa
Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Dari Ibukota
Kabupaten Kolaka jaraknya ± 30 km, sedangkan dari Ibukota Propinsi Kendari ±
180 km.
Perjalanan
dari Makassar ke Pomalaa dapat ditempuh dengan
pesawat berukuran kecil yaitu dari Makassar
langsung ke lapangan udara Pomalaa, atau dapat ditempuh melalui jalan darat
dari Makassar ke Bajoe Bone yang selanjutnya
dengan kapal ferry ke Kolaka dan dilanjutkan dengan kendaraan darat ke Pomalaa.
Daerah ini meliputi sebagian dataran Sulawesi Tenggara bagian Barat yang
terdiri dari daerah Utara, daerah Tengah, daerah Selatan, dan sebagian gugusan
pulau-pulau antara lain: Pulau Maniang, Pulau Lemo, Pulau Padamarang.
Geografi
Secara geografis pada peta Indonesia kuasa pertambangan PT. Aneka Tambang Tbk, UPBN Pomalaa berada
pada garis lintang 30 30 - 4o 30o
Lintang Selatan, dan berada pada 1200 – 1220 Bujur Timur.
Keadaan Topografi
Topografi Daerah Pomalaa merupakan bukit-bukit yang memanjang dari Utara
Timur sampai Barat Daya.
Tiap daerah
perbukitan terlihat adanya punggung-punggung utama yang kemudian bercabang
menjadi dua daerah perbukitan. Lembah – lembah di antara cabang inilah merupakan tempat – tempat
pelayanan air pada waktu musim hujan.
Bukit tersebut mempunyai induk yaitu Pegunungan Mekongga. Pada umumnya bentuk
topografi Daerah Pomalaa dapat dibagi menjadi dua bagian yakni daerah rendah
dan perbukitan dengan relief yang landai, sedang dan terjal.
Daerah yang
terletak pada dataran rendah meliputi daerah pantai, sebagian besar pemukiman
penduduk berada pada ketinggian 2 – 100 meter dari permukaan laut.
Daerah perbukitan
merupakan daerah penambangan dengan ketinggian 100 – 250 meter dari permukaan
air laut, antara bukit dengan lereng yang berbatasan dengan lembah yang cukup
dalam.
Keadaan Vegetasi
Di wilayah kerja perusahaan terdapat dua jenis vegetasi
yakni vegetasi primer (asli) dan vegetasi sekunder (hasil budidaya).
Vegetasi primer merupakan vegetasi yang belum mendapat
gangguan dan berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan ekosistemnya
yang asli. Penyebaran vegetasi primer secara keseluruhan termasuk daerah
tambang yang masih natural umumnya pada daerah perbukitan meliputi daerah
puncak sebagian lereng dan lembah.
Vegetasi primer yang menjadi ciri khas daerah Pomalaa
seperti berbagai tumbuhan tropis yakni jenis alang-alang, kayu angin, kayu besi,
pohon belinjo dan lain-lain.Sedangkan vegetasi sekunder adalah vegetasi yang tumbuh akibat
dari proses hasil budidaya setelah selesai aktivitas penambangan. Penyebaran
vegetasi tersebut meliputi keseluruhan daerah datar dan sekitar perkampungan
penduduk dan pemukiman karyawan perusahaan serta sebagian daerah perbukitan
yang telah ditambang.
Vegetasi sekunder misalnya tumbuhan jati putih, jati
super, akasia, serta tanaman rakyat seperti jambu mente dan coklat. Vegetasi
sekunder yang ditanam di areal bekas lokasi penambangan disesuaikan dengan unsur
– unsur yang diperlukan oleh tanaman
sekunder tersebut.
Iklim Dan Curah Hujan
Iklim Daerah Pomalaa dan Indonesia pada umumnya beriklim
tropis dimana setiap tahunnya dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Musim kemarau terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan
Oktober sedangkan musim hujan dapat terjadi pada Bulan November sampai dengan Bulan
April dengan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar 56,7 mm/jam.
Geologi Daerah Penelitian
Endapan bijih
nikel yang ditemukan di Daerah Pomalaa
adalah termasuk bijih nikel laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan
ultra basa, batuan tersebut merupakan bagian dari batuan yang terdapat di
Sulawesi Tenggara. Jalur batuan
ultrabasa tersebut dijumpai dari Lasusua sampai Pomalaa. Di Pomalaa jalur ini
terbagi dua kelompok yaitu kelompok yang menyebar ke arah Tenggara melalui
Gunung Wotumuhai dan Gunung Torobulu. Kedua kelompok ini bergabung lagi ke
ujung Tenggara sekitar Teluk Wowoni
Singkapan batuan
ultrabasa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning coklat berbintik
hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi luar atau
pinggirnya.
Dari hasil pengamatan di lapangan terlihat adanya rekahan rekahan yang
kecil yang umumnya terisi oleh mineral-mineral sekunder (silika dan magnesit). Hal ini menunjukkan bahwa
pada daerah ini banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, sehingga proses
pelapukan batuan terjadi dengan mudah.
Terdapat dua kelompok rekahan yang berarah Timur Laut sampai barat daya dan
kelompok yang berarah Timur Laut. Kelompok pertama umumnya diisi oleh mineral –
mineral krisopras, garnierite, dan asbes. Sedang kelompok yang kedua umumnya
diisi oleh mineral kalsedon.
Sebagian besar
daerah penambangan nikel Pomalaa terdiri dari tanah laterit dengan warna merah
kekuningan hingga merah bata. Tanah-tanah laterit ini memiliki ketebalan yang bervariasi
antara 0,5 – 10 meter.
Struktur tanah
pada tanah atas (top soil) adalah speroidal, oleh karena itu tanah
tersebut memiliki porositas yang tinggi pula. Keadaan demikian juga ditunjang
oleh vegetasi dengan kepadatan tanah yang relatif tinggi. Tekstur tanah pada
lapisan atas merupakan lempung dan lapisan sub soil umumnya lempung berliat.
Genesa Endapan Bijih
Nikel
Endapan bijih Nikel yang terdapat di Pomalaa termasuk
jenis nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan. Batuan asal endapan
bijih nikel laterit adalah batuan peridotit dengan mineral utamanya seperti
olivine dan piroksin yang mengandung unsur-unsur nikel dalam persentase kecil. Menurut Josep R. Bold jr dalam buku The Minning 0f Nikel pada tahun 1967
mengenai kandungan nikel yang terdapat pada beberapa batuan terlihat pada Tabel 2.1.
Batuan Asal Bijih Nikel
Batuan
|
Nikel (%)
|
Besi Oksida + Magnesium
|
Silika + Aluminium (%)
|
Peridotit
Gabro
Diorit
Granit
|
0,2000
0,0160
0,0040
0,0002
|
43,3
16,6
11,7
4,4
|
49,9
66,1
73,4
78,7
|
Sumber
: The
Mining of Nickel (Joseph. R. Bold jr)
Adapun proses terbentuknya endapan, dimulai dari
pelapukan batuan induk (peridotit) yang mengandung nikel 0,2 %, oleh proses serpentinisasi
sebagai akibat pengaruh dari larutan hydrotermal
yang terjadi pada akhir pembekuan magma, telah mengubah batuan menjadi
serpentinit atau peridotit yang terserpentinisasi. Proses ini dianggap sebagai
awal terbentuknya suatu endapan residu bijih nikel.
Proses pelapukan dan pelindian ini menyebabkan sangat
berkurangnya Al dan Ca dalam batuan asal,
sebaliknya kadar Fe, Cr, Ni dan Co Meninggi.
Unsur nikel (Ni) yang larut dalam proses
pelapukan dan pelindian itu, bersama unsur Mg dalam batuan kemudian diendapkan
kembali dan membentuk mineral baru seperti garnerit. Mineral baru ini kemudian
mengisi celah-celah (retakan) dalam batuan.
Air permukaan yang mengandung CO² dari
atmosfir dan diperkaya kembali oleh material organis di permukaan, meresap ke
bawah sampai zona pelindian dimana fluktuasi air berlangsung, sehingga
terkontaminasi dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal.
Zona saprolit adalah daerah konsentrasi bijih laterit
yang terjadi akibat proses pelapukan mekanis dan kimiawi. Bijih nikel kadar
tinggi (saprolit ore) dapat dijumpai antara lapisan limonit dan batuan dasar
yang belum mengalami pelapukan. Unsur – unsur seperti Ca, Mg, Karbonat akan
terus mengalir ke bawah sampai pada daerah dimana tidak dapat mengalir lagi,
lalu terendapkan sebagai urat – urat Dolomit dan Magnesit yang mengisi rekahan-rekahan
pada batuan asal.
Persiapan Penambangan
Penambangan bijih
Nikel di Pomalaa dilakukan secara tambang terbuka sistem jenjang (bench) dengan cara selective mining, yakni memilih daerah –daerah penambangan yang
memiliki deposit berkadar tinggi. Untuk melaksanakan aktifitas penambangan
tersebut perusahaan mengoprasikan beberapa alat mekanis antara lain: Bulldozer Komatsu D 85 E-SS, Back Hoe PC 200-5,
Dozer Shovel D 75 E-SS, Truck Mitshubishi Turbo PS 220.
Kegiatan penambangn Nikel Pomalaa meliputi Pioneering and Clearing, pengupasan lapisan tanah penutup, penggerusan, penggalian
serta pemuatan dan pengangkutan bijih Nikel. Tahapan-tahapan penting tersebut
adalah sebagai berikut:
Persiapan Penambangan
dan Pembersihan (Pioneering And Clearing)
Persiapan
penambangan yang mencakup pembuatan sarana jalan angkut dan penanganan masalah
air (drainage).
Clearing adalah
pembersihan pohon-pohon di atas bijih yang ditambang.
Kegiatan ini
merupakan langkah awal dalam proses penambangan yang meliputi beberapa
pekerjaan seperti pembabatan hutan, pembuatan jalan-jalan tambang dan jalan
darurat serta membangun prasarana pendukung lainnya. Kondisi pepohonan tidak
terlalu besar dan lebat sehingga kegiatan ini hanya menggunakan alat mekanis bulldozer dan chainsaw untuk memotong pohon-pohon.
Pengupasan Tanah
Penutup (Stripping)
Tanah penutup (over
burden) adalah material bagian atas yang menutupi bijih kadar tinggi (kadar
bijih yang memenuhi kebutuhan pabrik atau ekspor). Jadi tanah penutup berupa :
·
Tanah
(top soil)
·
Bijih
kadar rendah (low grade ore) tebal
over burden + 0 – 6 meter
Pengupasan yang
dilakukan terhadap tanah
penutup, biasanya dilakukan bersama-sama dengan kegiatan clearing
menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tempat yang tinggi
(puncak bukit) dan penutup didorong ke bawah kearah tempat yang lebih rendah
sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
Penggalian (Digging)
Penggalian adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan
untuk membebaskan bahan galian dari batuan induknya. Untuk melakukan penggalian
diperlukan alat-alat yang sesuai dan tepat untuk daerah yang dikerjakan.
Pemilihan alat tersebut tergantung faktor teknis dan ekonomis. Faktor teknis
misalnya jenis dan sifat fisik serta letak endapan. Faktor ekonomis misalnya
harga alat, biaya perawatan dan sebagainya. Alat mekanis yang digunakan dalam
kegiatan penggalian adalah Back Hoe, Power Shovel, Bulldozer dan lain-lain.
Pemuatan dan
Pengangkutan (Loading And Hauling)
Pemuatan adalah
pekerjaan yang dilakukan untuk memuat bijih (ore)
ke dalam alat angkut untuk dibawa ke suatu tempat penampungan. Pemuatan bijih
hasil penggalian dilakukan oleh alat muat Back
Hoe PC 200 Komatsu. Bijih yang dimuat adalah bijih yang telah ditumpuk oleh
alat gali di dekat front penambangan dan telah diuji kadarnya dan dianggap
layak untuk diangkut (selective mining).
Bijih dimuat ke alat angkut (dump truk) untuk
dibawa ke tempat penimbunan (stock yard).
Pengangkutan
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut bijih (ore) dari front
penambangn ke stock yard. Alat angkut
yang digunakan untuk pengangkutan bijih adalah dump truck. Alat angkut yang dipergunakan adalah Dump Truck Mitsubishi
PS 220 dengan kapasitas antara 16 sampai 23,50 ton dan kapasitas yang lebih
kecil yaitu antara 12 – 16 ton. Bijih yang akan diekspor langsung diangkut ke pelabuhan,
sedangkan untuk keperluan pabrik Ferro Nikel langsung dibawa ke tempat
penimbunan pabrik.
Penimbunan Bijih Nikel
Penimbunan
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyimpan bijih hasil pengangkutan sebagai
langkah penyimpanan yang teraman dan terdekat yang proses berikutnya yaitu
pengapalan atau untuk pabrik.
Jadi, bijih
nikel hasil penambangan
tidak langsung diangkut ke pabrik
atau dimuatkan ke kapal untuk ekspor, tetapi ditimbun dulu. Tujuan penimbunan
antara lain :
·
Sebagai
cadangan untuk penjualan
·
Sebagai
sarana pencampuran bijih kadar tinggi dengan kadar rendah (blending)
·
Untuk
menurunkan kadar air secara alami.
Beberapa tempat
penimbunan (stock yard) yaitu :
·
Stock yard di Tanjung Leppe, wilayah
Tambang Selatan
·
Stock yard sementara di front
penambangan
·
Stock yard di pelabuhan Pomalaa
·
Stok yard di unit pemecah batu
(crusing plant)
·
Stock yard di Praolahan pabrik Ferro Nikel
Bijih yang sampai di stock yard biasanya disimpan dalam waktu
lama sambil menunggu masa pengiriman atau masa pengapalan untuk ekspor, atau
diangkut kembali ke transito. Kapasitas stock
yard yaitu 10.000 ton dalam satu tumpukan dengan 10 dermaga curah.
Show Conversion Code Hide Conversion Code Show Emoticon Hide Emoticon