PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATU GAMPING

 A. Kegunaan dan spesifikasi Batugamping sesuai peruntukannya.

                Cara pengolahan hasil penambangan sangat ditentukan oleh rencana pemanfaatan / penggunaan batu gamping berikut kegunaan dan spesifikasi yang dibutuhkan dalam pengolahan batu gamping sesuai dengan peruntukannya :

  • Batu Bangunan

Yang dimaksud batu bangunan disini adalah yang berupa batu pecah dan batu hias.batu kapur ini biasanya digunakan untuk pondasi rumah,jalan raya,jembatan maupun isi bendungan terutama pada derah yang tidak memiliki bahan bangunan batuan beku. Untuk keperluan ini diperlukan batugampng dengan struktor pejal atau keras serta berhablur halus dengan daya tekan 800-2000 kg/cm­­­

  • Bahan Bangunan

Batu kapur yang digunakan sebagai bahan bangunan  berfungsi sebagai campuran dalam adukan pasangan bata dan plester, pembuatan semen trass atau semen merah. Umumnya batu kapur yang digunakan adalah kapur kalsium.

Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan bangunan ini adalah :

- (CaO + MgO) minimum 95 %

- (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) maksimum 5 %

- CO2 maksimum 3 %

- 70 % lolos ayakan 0,85 mm

  • Bahan Penstabil Jalan

Bahan kapur yang digunakan sebagai fondasi jalan raya, termasuk rawa – rawa yang dilaluinya, berfungsi untuk mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi yang terjadi diperkirakan sama dengan pembentukan semen trass, sedangkan jumlah pemakaian kapur padamnya sekitar 1 – 6 %, sesuai dengan keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat. Untuk keperluan ini batu kapur yang digunakan diharapkan berkadar belerang rendah.

  • Pertanian

Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasamannya (pH) diturunkan melalui pengapuran. Untuk setiap jenis tanaman memerlukan tingkat keasaman yang berbeda; untuk kacang – kacangan, gandum dan kentang misalnya, masing – masing memerlukan tingkat keasaman (pH) antara 6 – 7,5; 5,75 – 7,5; dan 5 – 6,45.

Batu kapur yang digunakan  dalam pertanian dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur tohor (hydrated lime). Untuk serbuk batu kapur diharapkan mempunyai kadar MgCO3 maksimum 10 % dan ukuran butiran < 5 mm dengan 95 % di dalamnya berukuran < 3 mm.

  • Bahan Keramik

Dalam industri keramik, batu kapur berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan temperature lelah, sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir, agar glasir tidak retak atau lepas. Selain untuk imbuh dalam pembuatan keramik, batu kapur dapat digunakan juga dalam pembuatan glasir, walaupun hanya sebagai kecil saja.

  • Industri Kaca

Dalam industri kaca, batu kapur digunakan sebagai bahan tambahan. Jenis batu kapur yang digunakan adalah jenis batu kapur dan dolomite dengan kadar

masing – masing :

-          (SiO2 0,96 %), (Fe2O3 0,04 %), (Al2O3 0,14)

-          (MgO 0,15 %) dan (CaO 55,8 %)

-          (SiO2 0,14 %), (Fe2O3 0,03 %), (Al2O3 MgO 20,80 %) dan (CaO 31,8 %).

·         Industri Bata Silika

Untuk pembuatan bata silika, batu kapur yang diperlukan adalah dengan kadar :

- CaO minimum 90 %

- MgO maksimum 4,5 %

- Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5 %

- CO2 maksimum 5 %

·         Industri Semen

Dalam industri semen, batu kapur merupakan bahan baku utama. Untuk satu ton semen diperlukan tidak kurang dari satu ton batu kapur.

Syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah

-          kadar CaO 50 – 55 %

-          MgO maksimum 2 %

-          Kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40 % HO)

-          Kadar Fe2O3 2,47 %, Al2O3 0,95 %

·         Pembuatan Karbid

Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60 %) lainnya adalah kokas (40 %), antrasit petroleumcoke (carbon black). Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan karbid ini mempunyai spesifikasi :

-          Total CaO maksimum 92 %

-          MgO maksimum 1,75 %

-          SiO2 maksimum 2 %

-          Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1 %

-          Fe2O3 tidak lebih dari 5 %

-          S maksimum 0,2 %

-          P maksimum 0,02 %

-          Hilang pijar (LOI) pada contoh yang diambil pada tungku 4 %

·         Peleburan dan Pemurnian Baja

Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya batu kapur / dolomite berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi yang mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan, dalam proses peleburan unsur – unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan besi sehingga mudah dipisahkan. Diamping itu, batu kapur diperlukan untuk mengikat gas – gas seperti SO2 dan H2S. Untuk itu, batu kapur yang diperlukan harus mempunyai kadar CaO yang tinggi dan batuan tersebut harus sarang dan keras.

Syarat – syarat umum yang harus dipenuhi adalah :

1)       Untuk batu kapur:

-CaO minimum 52 %

- SiO2 maksimum 4 % (1,5 – 4 %)

- Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3 %

- Fe2O3 maksimum 0,65 %

- P maksimum 0,1 %

- MgO maksimum 3,5 %

2) Untuk dolomite

- MgO : 17 – 19 %

- SiO2 maksimum 6 %

- Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3 %

·         Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp dan Karet

Untuk keperluan ini batu kapur yang diperlukan ialah yang mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya batu kapur berasal dari jenis yang lunak, berwarna putih, terutama yang terdiri dari cangkang-cangkang kerang dan jasad-jasad renik yang terdiri dari kapur atau CaCO3 sebagai hasil sampingan pembuatan basic magnesium karbonat dari dolomite.

Batukapur yang cocok untuk bahan pemutih adalah kadar CaCO3 98%, kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH lebih besar dari 7,8. bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis, dan pengkilap.

·         Pembuatan soda abu

Untuk pembuatan 1 ton soda abu diperlukan batukapur 1-1,25 ton, melaui proses amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

-          CaCO3 90-99%

-          MgCO3 0,6%

-          Fe2O3 + Al2O3 + SiO2 0,3%

·         Penjernihan air

Dalam penjernihan air, kapur umumnya digunakan bersama soda abu dalam proses kapur soda. Disini kapur berfungsi untuk menghilangkan bikarbonat sebagai penyebab kekeruhan sementara pada air.

Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam waktu 24-48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung CO2 dinetralkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan terbawanya karat pada pipa yang disalurkan kepada konsumen.

·         Proses pengendapan bijih logam non ferrous

Selain batukapur digunakan untuk hal-hal yang diuraikan diatas juga dapat digunakan dalam proses pengendapan bijih logam non ferrous. Dalam proses ini batukapur brtindak sebagai settling agent dan pengontrol keasaman.

Dalam proses flotasi bijih nikel, batukapur berfungsi untuk mengendapkan basic nikel karbonat. Batukapur yang diperlukan untuk proses 1 ton bijih adalah 75-80 kg (Malau K, 1978)

·         Industri gula

Pada industri gula, batukapur digunakan dalam proses penjernihan nira tebuh dan menaikkan pH nira. Batukapur yang dibutuhkan untuk 1000 kw tebuh adalah sekitar 150 kg (dalam bentuk kapur tohor). Persyaratan yang diinginkan adalah batukapur dengan kadar :

-          H2O 0,2 %

-          HCl 0,2 %

-          SiO2 0, 1 %

-          Al2O3 0,1 %

-          CaO 55 %

-          MgO 0,4 %

-          CO2 43,6 %

-          SO4 tidak nyata

-          Na2O K2O 0,3 %

 

B.       Pengolahan Dan Pemanfaatan Batugamping Di Sulawesi Selatan

Pengolahan Batugamping dilakukan sesuai dengan pemanfatanya. Pengolahan bahan galian dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan proses mekanik dan prosess pemanasan. Proses mekanik dilakukan untuk pengecilan ukuran dengan menggunakan alat peremuk(crusher) dan penghalus (Ball mill) sedangkan proses pemanasan dilakukan untuk menguraikan kandungan senyawa dalam batu gamping(CaCO3) menjadi senyawa baru(CaO)  yang dapat dipakai pada industri lain seperti untuk  Bahan bangunan, kapur pertanian(kaptan), dll.  Di wilayah sulawesi selatan Batugamping telah dieksploitasi dalam  3 bentuk yaitu untuk Industri semen, Industri Kapur Tohor, Bahan Bangunan (Jalan, Jembatan, Fondasi rumah, bendungan).

1. Pengolahan Batugamping Pada Industri Kapur Tohor 

Adapun proses-proses pembuatan kapur tohor adalah sebagai berikut :

a.                    Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal proses pembuatan kapur tohor, dimana segala kebutuhan dan alat-alat yang diperlukan dalam proses pembakaran disiapkan sebelumnya, diantaranya:

    1. Batu gamping sebagai bahan baku utama.
    2. Sekam gergaji sebagai bahan bakar.
    3. Blower (kipas angin) yang digunakan sebagai penyemprot bahan bakar
    4. Media tempat penampungan sekam gergaji pada saat pembakaran
    5. Katrol yang digunakan untuk menaikkan batu gamping ke tungku pembakaran.
    6. Kereta kecil sebagai alat muat untuk memuat batu gamping yang sudah dibakar.
    7. Air yang digunakan untuk menyiram batu gamping yang sudah jadi kapur tohor.
    8. Karung sebagai tempat kemasan kapur tohor.
    9. Ayakan/saringan sebagai penyaring kapur.

 

b.                   Tahap Pengisian Batu Gamping  kedalam Tungku Pembakaran

Pada tahap ini batu gamping yang sudah disiapkan sebelumnya diisi kedalam sebuah wadah yang kemudian ditarik oleh katrol ke bagian atas tungku. Batu gamping tersebut dimasukkan kedalam tungku pembakaran lewat lubang yang berada di samping atas tungku, dan seterusnya sampai tungku tersebut penuh dengan menggunakan teknik manual.. Kapasitas dari tungku tersebut adalah ± 2 truk batu gamping atau ± 8 Ton. Tinggi dari tungku tersebut sekitar 11 meter dengan diameter 4 meter, untuk diameter lubang atas 1 meter, diameter lubang tengah 2 meter. (gambar 3.1)



 

 

Gambar 3.1

Tungku pembakaran

 

  1. Tahap Pembakaran

Setelah tungku telah terisi penuh maka pembakaran siap dilakukan. Proses pembakaran menggunakan sekam gergaji, karena dengan menggunakan sekam gergaji dapat meminimalkan kemungkinan bahwa kapur tohor yang dihasilkan terlalu masak. Hal ini disebabkan karena sekam gergaji dengan temperatur yang relatif rendah dengan nyala yang panjang mengakibatkan batu gamping yang dipanaskan terselimuti seluruhnya oleh kondisi yang baik untuk penyaluran panasnya. Sekam gergaji tersebut dimasukkan kedalam suatu wadah yang terletak di dekat tungku pembakaran, dan dirancang khusus dengan menggunakan suatu blower (kipas angin) yang ditempatkan dibawah wadah tersebut. Adapun cara kerja wadah tersebut yaitu, sekam gergaji dimasukkan kedalam wadah  dengan menggunakan sekop. Setelah itu sekam gergaji tersebut akan terhisap masuk oleh kipas angina yang akan menyemprotkan sekam gerjaji tersebut kedalam mulut tungku pembakaran yang terletak disamping bagian bawah tungku pembakaran lewat perantara pipa besi yang dipasang pada kipas angin. Proses pembakaran tersebut berlangsung selama 12 jam dengan suhu antara     6000 – 9000 C proses tersebut biasa disebut proses pengkalsinasi. Proses pembakaran dilakukan 2 kali dalam sehari. Dalam satu kali pembakaran tersebut menghasilkan 5 Ton kapur tohor dari 8 Ton batu gamping yang dibakar, namun kadang hanya menghasilkan 3 Ton, hal ini disebabkan karena proses pembakaran yang tidak sempurna. (gambar 3.2)

Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :

                1. Untuk Batu Gamping

                                                898o C

CaCO3                                                                                                                              CaO + CO2

(batu gamping)       (dipanaskan)                 (kapur tohor kalsium)

 

Reaksi bolak balik ini terjadi pada tekanan 1 atm. Namun apabila tekanan lebih besar dari 1 atm maka gas CO2 yang tebentuk akan bereaksi dengan CaO dan membentuk kembali CaCO3.

Adapun reaksi pembentukannya adalah sebagai berikut :

CaO + CO2                                                                CaCO3

 

2. Untuk Batu Gamping Dolomitan

                                              725o C

CaMg(CO3)2                                                                        CaOMgO + 2 CO2

                                                 (dipanaskan)

 

Reaksi bolak balik ini terjadi pada tekanan 1 atm. Namun apabila tekanan lebih besar dari 1 atm maka gas CO2 yang tebentuk akan bereaksi dengan CaOMgO dan membentuk kembali CaMg(CO3)2

Adapun reaksi pembentukannya adalah sebagai berikut :

CaOMgO + 2 CO2                                                                            CaMg(CO3)2

Hasil dari suatu pembakaran kadang masih ditemukan bongkah-bongkah kecil batu gamping, hal tersebut disebabkan karena proses penyaluran panasnya tidak sempurna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 Gambar 3.2

Aktifitas Pembakaran

  1. Tahap Penyiraman Air

Setelah pembakaran sudah dilakukan selama 12 jam maka batu gamping tersebut siap dikeluarkan dari tungku dan didiamkan sekitar 1 sampai 2 jam. Setelah itu, kapur tersebut disiram dengan air menggunakan teknik tertentu. (gambar 3.3)

Proses penyiraman air bertujuan untuk pembuatan lime (gamping) menjadi lebih stabil dan menjadi hidratlime atau kapur padam.

Reaksi kimia yang terjadi adalah :

1. Untuk Batu Gamping

CaO + H2O                                                               Ca(OH)2

2. Untuk Batu Gamping Dolomitan

CaO.MgO + H2O                                                       Ca(OH)2 MgO


 

 

 

Gambar 3.3

                   Proses Penyiraman Setelah Pembakaran

 

 

 

 

 

 

 

  1. Tahap Penyaringan

Penyaringan ini dilakukan untuk kapur tohor yang akan dikemas dan dijual sebagai bahan aci, yaitu bahan untuk menempel tembok yang retak. Dan untuk kapur tohor yang tidak disaring, hanya dilakukan pemisahan secara manual yaitu dengan mengambil bongkah-bongkah yang besar yang tidak sempat terbakar dengan sempurna. Setelah itu kapur tohor tersebut bisa langsung dikemas. (gambar 3.4)


 


Gambar 3.4

Proses Penyaringan Setelah penyiraman

 

  1. Tahap Pengemasan

Setelah melalui proses penyaringan, maka kapur tohor tersebut siap untuk dikemas. Proses pengemasan ini dilakukan oleh pekerja secara manual, yaitu dengan cara memasukkan kapur tohor tersebut ke dalam karung yang sudah disediakan. Setelah karung tersebut terisi penuh, kemudian dijahit dengan menggunakan tali rapiah. Dalam satu kali pembakaran  menghasilkan ± 700 karung, dengan berat tiap karung adalah 2 Kg dan 4 Kg . (gambar 3.5)


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 3.5

 Kapur Tohor yang dikemas

 

Adapun pemanfaatan dari kapur tohor diantaranya adalah :

  1. Bahan Bangunan

Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester, adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.

  1. Bahan Penstabilan Jalan Raya

Pemakaian kapur tohor dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya

  1. Sebagai Pembasmi Hama

Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan.

  1. Bahan Pupuk dan Insektisida Dalam Pertanian

Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatif tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya

  1. Penjernihan Air

Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri, kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.

 

2. Pengolahan Batugamping Pada Industri Industri Semen 

Batu gamping diwilayah sulawesi selatan dimanfaatkan sebagai komoditi utana pembuatan semen yang dilakukan oleh PT semen Tonasa Di kabupaten Pangkep, PT Semen Bosowa Di kabupaten Pangkep dan Maros. Dalam pembuatan semen, batugamping merupakan bahan baku utama. Untuk memproduksi satu ton semen diperlukan paling sedikit satu ton batugamping disamping lempung, pasir kuarsa dan gypsum serta pasir besi. Pembuatan semen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses basah dan kering. Sebagai pedoman umum pabrik dengan produksi semen lebih besar dari 1 juta ton per tahun biasanya dipakai proses kering karena lebih ekonomis sedang proses basah menguntungksn untuk pabrik dengan produksi dibawah 1 juta ton per tahun.

Batugamping sebagai bahan baku semen diperlukan kurang lebih 75-80% dari bahan baku seluruhnya. Beberapa persyaratan batugamping yang harus dipenuhi antara lain kadar CaO 50-55%; MgO maksimum 2% (dinegara tertentu sampai 5%); kadar Fe2O3 2,47% dan Al2O3 0,95%. Seperti diketahui semen Portland merupakan hasil yang didapat dengan jalan memadukan CaO, Al2O3, Fe2O3 dan SiO2 menjadi satu campuran.

Dari analisis kimia campuran Portland, proses reaksi antara oksidasi adalah sebagai berikut :

C2S : jika temperature tinggi maka akan terjadi reaksi antara SiO2 dan CaO     membentuk C2S (dikalsium sulfur)

C3S : agar dapat merubah semua C2S menjadi C3S, maka CaO yang ada harus      berlebihan dari yang dibutuhkan.

C3A : kelebihan Al2O3 semua bereaksi dengan CaO membentuk C3A (trikalsium aluminat = 3 CaO Al2O3

C4AF : C4 AF (tetra kalsium aluminat ferit = CaO  Al2O3 Fe2O3 )    merupakan hasil reaksi dari Fe2O3 + CaO + Al2O3 membentuk C4AF.

Jika temperature makin tinggi, maka terjadi reaksi antara SiO2 dan CaO membentuk C2S dan dapat mengubah C2S menjadi C3S.

Untuk membuat semen dengan kadar C2S tinggi dilakukan pembakaran dua kali, pertama pembakaran bahan mentah dan kedua clinker. Masing-masing mempunyai peran :

ü  C3S; pemberi kekuatan paling banyak sepanjang masa terutamakekuatan awal sampai umur 28 hari.

ü  C2S; pemberi kekuatan pada masa terakhir yakni jangka 1 tahun dan selanjutnya, komposisi ini sifat khusus yang disyaratkan tidak ada.

ü  C3A; menurunkan suhu pembakaran hingga dapat menggunakan panas yang lebih sedikit dan memberikan kekuatan awal dengan waktu 1-3 hari.

ü  C4AF; menurunkan suhu pembakaran dan dan memberikan kekuatan semen dalam jumlah sedikit sekali atau hamper tidak ada.

Semen Portland menurut ASTM dapat dibagi menjadi :

ü  Semen Portland tipe I ( Regular Portland Cement )

Merupakan semen Portland biasa yang tidak memerlukan persyaratan khusus dalam pengerjaannya, proses pengerasan dan pengembangan kekuatan lambat, dipergunakan untuk konstruksi beton umum.

ü  Semen Portland tipe II ( moderate heat of hardening Portland cement )

Merupakan semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat, dimana syarat-syarat konstruksi tidak begitu berat, panas hidrasi sedang yang sifat mengeras dan pengembangan kekuatannya lebih cepat.

ü  Semen Portland tipe III ( high early strength Portland cement )

Merupakan semen Portland yang penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi pada permukaan setelah terjadi penyekatan, mengandung trikalsium silkat (C3S ) lebih tinggi disbanding tipe I sehingga mengeluarkan panas hidrasi tinggi dan cepat mengeras.

ü  Semen Portland tipe IV ( low heat Portland cement )

Merupakan semen Portland yang penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah mengandung tetrakalsium silikat ( C4AF = 4 CaO  Al2O3 ) dan dikalsium silikat (C2S = 2 CaO SiO2 ) tinggi.

ü  Semen Portland tipe V ( Sulfate resisting Portland cement )

Merupakan Portland semen yang penggunaannya memerlukan tahan yang tinggi terhadap sulfat, mengandung tetrakalsium allumino ferrite (C4AF) tinggi, trikalsium sulfat (C3A) rendah disbanding tipe I sehingga tahan terhadap zat kimia.

Pada umumnya semen di Indonesia mempunyai kekuatan kadar CaO ≥ 50%. Menurut Standar Industri Indonesia kadar CaCo3 ±85; MgO < 5% dan CaO≥ 50%.

Untuk menghasilkan 1 ton semen beberapa pabrik semen di Indonesia memerlukan bahan baku sebagai berikut :

PT. Semen Padang :                            Batugamping                                        1,25 ton

                                                                Lempung                                               0,23 ton

                                                                Batuan silica ( rijang )                        0,17 ton

PT. Semen Gresik :                             Batugamping                                        1,332 ton

                                                                Lempung                                               0,268 ton

                                                                Pasir silica                                            0,067 ton

PT. Semen Tonasa :                          Batugamping                                      1.22 ton

                                                                Lempung                                              0,25 ton

Pasir silika                                           0,09 ton

 

Sebagai bahan tambahan adalah gypsum yang berfungsi untuk memperlambat proses pengerasan semen apabila telah dicampur dengan air.

 

2. Pengolahan Batugamping Untuk Batu Bangunan

Di wilayah sulawesi selatan Batugamping Merupakan batu bangunan yang paling umum digunakan hal ini disebabkan oleh jumlah cadangan batu gamping pada wilayah ini cukup banyak ,hargahnya relatife murah dan sukarnya memperoleh batuan beku (andesit,basalt dan sejenisnya). Untuk keperluan ini diperlukan batugamping dengan struktor pejal atau keras serta berhablur halus dengan daya tekan 800-2000 kg/cm­­­pengolahan untuk keperluan ini  hanya pada penghasilan ukuran yang sesuai dengan permintaan.Pengolahan dilakukan  cara konvensional dan mekanik(alat berat) untuk memperoleh ukuran fragmentasi yang diinginkan  ± 15-30 cm

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Previous
Next Post »
Thanks for your comment